RUMAH ASA
Karya : Qina Naqiya Irdhina 8D
*Juara 2 Lomba Cipta Cerpen dengan Tema Pahlawan Hari Ini yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Abdurrahman Wahid MTs Al-Iman 02 Bulus
Pagi hari yang cerah, Anna berjalan sambil berlompat kesana kemari menghindari lubang-lubang jalan. Tujuan Anna hanya satu, yaitu menuju rumah yang masih setengah jadi. Ia hafal betul, ada dua puluh empat anak yang menanti kehadirannya. Sesampainya Anna di rumah tersebut, anak-anak langsung berteriak menyapa dan berebut menyambut tangan Anna. “Kak Annaaaaa… “ ucap anak-anak. Sambil satu persatu menyalami Anna. “Hai, gimana kabarnya? Baik?” tanya Anna sumringah. “Baik dong Kak,” jawab anak-anak serempak.
Mendengar keributan di luar, Bu Sinta segera keluar dari ruangan. Sebab sudah pasti, Anna telah datang. Setelah saling menyapa, Anna menanyakan perkembangan rumah. “Bu Sinta, bagaimana perkembangan Pembangunan rumah ini?” tanya Anna. “Baik Non, Cuma kadang gentengnya masih bocor,” jawab Bu Sinta.
Bu Sinta adalah orang yang mengurus rumah tersebut. Ia disuruh menjaga anak-anak berada di sana. “Oke deh Bu, terima kasih ya. Kalau ada apa-apa Ibu berkabar saja sama saya ya,” ucap Anna yang diiyakan oleh Bu Sinta.
“Ohya, anak-anak, tujuan kakak ke sini adalah ngasih buku baru buat kalian. Mau lihat gak?” tanya Anna. “Wah, mau kak, mau…” jawab anak-anak gembira. “Wah, makasih Kak Anna, kakak emang the best banget!” ucap seorang anak setelah melihat buku-buku cerita yang sangat menarik. Anna tersenyum mendengarnya. “Jangan berebut ya, semua pasti kebagian,” ucap Anna menenangkan anak-anak yang sudah mulai ramai berebut buku.
Anna bermain-main dengan anak-anak seharian. Mengajari mereka membaca buku, membacakan cerita, bermain-main di halaman, dan lain sebagainya. Hingga tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 02.30 sore. Anna pun berpamitan kepada Bu Sinta dan anak-anak. “Daaa, kakak pulang dulu ya anak-anak,” ucap Anna sambil melambaikan tangan. “Hati-hati Kak!!” ucap mereka melambaikan tangan.
-----
Sesampainya di rumah, Anna langsung menuju dapur. Mengambil camilan yang ia suka, kemudian membawanya ke kamar. Ia memang lebih suka ngemil daripada makan nasi, maka pantas saja jika tubuhnya kecil tak berisi.
Sampai di kamar, ia rebahkan badannya di kasur, kemudian mengambil ponselnya di saku dan menghitung biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan Pembangunan Gedung. Ia telah menghabiskan seluruh tabungannya, menjual barang-barang yang dimilikinya, termasuk menjual alat make up. Semua telah ia habiskan untuk membangun rumah, membelikan anak-anak buku, dan sebagainya.
Kini Anna bingung harus menggunakan uang darimana lagi.
Setelah berpikir, ia pun mendapatkan ide. “Bagaimana kalau aku pinjam Kak Elsa ya? Sepertinya ide bagus,” kata Anna besemangat.
Tok tok tok…
“Kak Elsa, boleh aku masuk?” sapa Anna di depan kamar kakaknya. “Ya, buka aja sendiri,” jawab Elsa. “Assalamu’alaikum, hehehe,” sapa Anna setelah memasuki kamar. “Apa,” jawab Elsa singkat. “Kalau salam dijawab dulu kali Kak,” kata Anna. “Wa’alaikumsalam, Apa?” ucap Elsa ingin segera tahu maksud kedatangan adiknya.
“Kakak lagi apa?” tanya Anna bas abasi. “ Udahlah, langsung to the point aja. Maui apa sih?” ujar Elsa.
“Hehehe, tau aja Kak? Kata Anna sambil cengengesan. “Hm, ada masalah? Crita aja,” tawar Elsa.
“Hmm.. bukan masalah sih, tapi…. Mmmm,” Anna agak gugup. Dia teringat bahwa dokter pernah berkata bahwa kakkanya memiliki penyakit syaraf dan jantung. Mungkin saja uang yang ada di Tabungan kakaknya akan sangat dibutuhkan. Anna sungguh takut kehilangan kakaknya. Sebenarnya, Anna dan kakaknya dapat dengan mudah mendapatkan uang dari orangtuanya. Tapi mereka lebih suka menabung daripada menggunakan uang untuk bermewah-mewah.
“Apa si dek, kalau gak mau bilang yaudah keluar aja sana, “ ucap Elsa kesal.
“Eh, iya Kak, Kakak punya tabungan banyak kan? Adek boleh pinjam gak?” tanya Anna memelas.
“ Kenapa gak minta ayah sih? Kurang emang uang dari ayah?” tanya Elsa sambil memutar kursi belajarnya dan memandang adeknya.
“Bukan, soalnya Anna ingin memperbaiki rumah?” jawab Anna sambil berbisik.
Elsa tidak percaya dengan apa yang iducapkan adeknya, “Apa dek? Rumah????”
“Rumah ini lo bisa buat tujuh keturunan lebih. Buat apa mau diperbaiki? Semuanya masih baik-baik saja Na, atau kamu mau pindah?” ucap Elsa dengan nada tinggi karena terkejut.
“Duh kak, jangan keras-keras, nanti ayah sama bunda denger, ini rahasia.” Ucap Anna sambil membungkam mulut kakaknya.
“ih, iya deh. Lagian kamu sih, mau buat apa?” tanya Elsa kembali.
Anna pun menceritakan tentang perjalannya membangun rumah Asa selama setahun ini. Waktu itu, Ketika hujan sedang deras-derasnya, Anna melihat anak-anak kecil yang tinggal di kolong jembatan. Mereka meringkuk sambil memandang hujan. Bajunya yang basah, lusuh, dan tempat yang kotor membuat hatinya terluka. Akhirnya, tanpa sepengetahuan orangtuanya, ia membeli tanah dan mengurus Pembangunan rumah bersama bibinya di rumah. Bibi juga lah yang kemudian merawat anak-anak, dan merahasiakan semuanya. Mendengar hal itu, Elsa pun ikut terharu. Ia tak menyangka, adiknya yang baru berusia 14 tahun memiliki kepedulian yang begitu besar terhadap orang lain. Elsa pun setuju untuk membantu adiknya, “Yaudah, kamu butuh berapa?”
“Beneran kak?”ucap Anna sambil memegang tangan kakaknya. Elsa mengangguk. “Terserah kakak deh, eh, tapi, mending kakak ke Rumah Asa aja, biar bisa lihat kekurangannya sama aku,” ucap Anna berbinar.
“Jadi namanya Rumah Asa? Ok deh, lusa ya, besok kakak ada acara.” Jawab Elsa.
“yeayyyy. Makasih kakakkk,” ucap Anna senang sambil memeluk kakaknya.
------
Matahari pagi terasa hangat jatuh ke bumi. Anna mengajak Elsa untuk datang ke Rumah Asa. Sampai di sana, mereka disambut anak-anak yang berlarian dengan ceria. Elsa melihat adiknya berbincang akrab dengan anak-anak. Ada rasa bangga melihat hal itu. Hingga tak terasa, sudah dua jam mereka di sana.
Elsa pun segera memanggil adiknya mengingat siang hari ia punya janji dengan temannya. “Dek, jadi kan kita bank, yuk,” ajak Elsa. “Oh iya, hehe, oke kak. Sebentar ya, aku pamit dulu sama anak-anak,” jawab Anna dan langsung berlari Kembali untuk berpamitan.
Mereka menghentikan motor di depan mini market karena Anna merasa haus. Sementara bank tempat Elsa mengambil uang berada di depannya. “Na, nanti belikan kakak minum ya. Kakak sendirian aja ke banknya. Ntar kamu nyusul,” kata Elsa. “Okede, aku masuk dulu ya.” Kata Anna. Elsa pun segera menyebrang jalan dan masuk ke bank.
Ketika sedang menunggu antrian, tiba-tiba darah keluar dari hidung Elsa. Ia pun panik. Elsa memang sering mimisan dan akan merasa pusing. Merasa tidak nyaman, Elsa pun keluar dari bank dengan niat menghampiri adiknya. Sementara dari depan mini market, Anna melihat kakaknya yang hidunya mimisan. Ia pun panik dan segera berlari. “Kakakkkkk, tunggu situ aja, Anna ke situ,” teriak Anna.
Tanpa sadar, Anna berlari kencang dan tidak melihat, bahwa sebuah sedan merah melaju dengan kencang. Brakkk. Anna tertabrak mobil, terpental, lalu terguling di pinggir jalan dengan darah berceceran. Sementara mobil yang menabraknya segera tancap gass meninggalkan Anna.
Melihat hal itu, Elsa sangat terkejut. Ia tak lagi peduli dengan rasa pusingnya. Ia segera berlari dan menghampiri Anna. “Naaa…” ucap Elsa memangku adiknya dengan linangan air mata. “Kak, jaga Kesehatan ya. Sampaikan salam Anna buat ayah bunda, maaf Anna tidak bisa jadi anak patuh. Anna juga menjual semua barang dari mereka,” ucap Anna dengan terbata-bata.
“Iya, jangan tinggalin Kakak Naa..” ucap Elsa tersedu. “Tolong jaga Rumah Asa juga ya kak, Anna sayang mereka semua, tolong ajak teman-teman kakak buat ngajarin mereka,”, ucapan Anna terasa sangat menyakitkan. Setelah terbatuk dan memuntahkan darah, Anna meninggal di pangkuan kakakknya. Elsa tak bisa berhenti menangis, seolah separuh jiwanya telah pergi. “Annaaa… Jangan tinggalin Kakak Naa..”. Elsa berteriak dengan putus asa sambal memeluk tubuh mungil adiknya. Semua orang yang melihat ikut menitikan air mata.
Itulah Anna, gadis remaja baik hati dan terkenang di hati semua orang di sekitarnya. Bahkan kakaknya sendiri menjadikannya sebagai idola.
Komentar
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Jalan Pelan Sampai Tujuan
*Pantun karya Muhammad Najih Syihabudin 7C Naik pesawat ke Kalimantan Jangan lupa berpamitan Daripada jadi pengangguran Ayo mondok di Al-Iman Malam-malam beli kebab
PENGORBANAN PENGABDI NEGARA
Karya : Gesit Surya Kusuma *Juara 3 Lomba Cipta Cerpen dengan tema Pahlawan Hari Ini yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Abdurrahman Wahid MTs Al-Iman 02 Bulus Kukkuruyukk
Kekuatanku yang Fana
Puisi oleh Raihan Hafiz Ramadhan Kuayunkan pedangku tuk memerangi nafsu Kutembakkan senapanku tuk memberantas malasku Kuledakkan bomku tuk menghancurkan kenakalanku Kukerahk
MAGHRIB (Part 2)
Cerpen oleh M Hafel Bimasina (9B) “Le, itu kamu nak?” suara Bapak kembali datang dari arah dapur. Aku ragu untuk menengok ke sana. Aku masih menunggu jawaban mamak. N
Aku, Kamu, dan Pena
Puisi karya Aisyah Aqlina (9F) Ini bukan tentang kita Tapi tentang aku, kamu, dan pena pena yang menggoreskan sejarah baru tentang kita di atas buku putih dan biru &n
MONDOK
Cerpen Karya Aksa Byakta Diwangkara (7A) Malam itu terasa cepat sekali. Rasanya baru sekedip mata, tapi suara kokok ayam segera terdengar. Kukkuruyukkk. “Ali, bangun Nak. Sudah s
Negeri Para Siluman
Fabel karya Achmad Zaini Dahlan/9A Di suatu negeri, tinggallah kumpulan manusia yang sebagian besar penduduknya merupakan jelmaan dan beberapa hewan liar (siluman). Diceritakan
Harga Sebuah Pertemanan
Cerpen oleh Siti Alifatul M /9D Pagi ini matahari bersinar cerah. Di depan gedung SMA yang megah, dua orang siswi yang sangat akrab sedang bercengkrama. Mereka adalah Cais
Jaksa Muda
Cerpen oleh M. Ikhsan Zain/9A Mata Zeta melihat ke arah papan tulis yang berisikan materi-materi tentangm sejarah dan hukum-hukum. Zeta adalah siswa yang sangat rajin di kelasn
Keren Sekali